News Ondong– Perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto sontak menjadi perhatian internasional. Tak hanya media dalam negeri, sejumlah media asing juga menyoroti langkah politik besar ini. Salah satunya adalah South China Morning Post (SCMP), media berbasis di Hong Kong, yang menulis artikel berjudul “Can Indonesia’s Cabinet Reshuffle Restore Public Trust and Calm Protesters?”.
Dalam liputannya, SCMP menekankan bahwa reshuffle kali ini bukan sekadar pergantian biasa, melainkan manuver politik yang sarat pesan. Pasalnya, nama-nama besar yang selama ini dianggap “pilar” di kabinet, seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Budi Gunawan, ikut tersapu.
Nama-Nama yang Diganti dan Kementerian Baru
Selain Sri Mulyani dan Budi Gunawan, Prabowo juga memberhentikan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi, dan Menteri Perlindungan Pekerja Migran Abdul Kadir Karding. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, sebab sebagian dari mereka merupakan sosok yang cukup populer di kalangan masyarakat.
Tak hanya mengganti menteri, Prabowo juga membuat langkah struktural penting: membentuk Kementerian Haji dan Umrah yang berdiri sendiri. Sebelumnya, urusan ini berada di bawah naungan Kementerian Agama. Langkah ini dipandang sebagai upaya Prabowo memperkuat pelayanan jemaah sekaligus mengirim sinyal politik kepada kalangan umat.
“Perubahan tersebut dilakukan setelah berbagai pertimbangan, masukan, dan evaluasi oleh presiden. Semoga keputusan ini membawa kebaikan bagi bangsa, negara, dan masyarakat,” ujar Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, dikutip SCMP.
Baca Juga: Mobil BYD Dari China Menuju Dunia 1 Juta Mobil Siap Mengaspal
Reshuffle di Tengah Gejolak Demonstrasi
Momentum reshuffle ini terjadi hanya beberapa hari setelah demonstrasi besar-besaran melanda berbagai kota. Gelombang protes yang awalnya dipicu oleh isu tunjangan perumahan fantastis bagi anggota parlemen, berkembang menjadi gerakan nasional.
SCMP menulis, “Awalnya dipimpin oleh mahasiswa, demonstrasi dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, menyentuh kekecewaan yang lebih luas terkait ketidaksetaraan ekonomi dan kenaikan biaya hidup.”
Tragedi juga mewarnai unjuk rasa tersebut. Pada 28 Agustus, seorang pengemudi ojek online berusia 21 tahun tewas tertabrak kendaraan polisi saat demonstrasi di Jakarta. Insiden ini memperburuk tensi, memicu bentrokan lanjutan, dan memperkuat sentimen publik terhadap pemerintah.
Loyalitas dan Konsolidasi Politik
Langkah Prabowo mengganti sejumlah menteri era Presiden Joko Widodo juga dipandang sebagai bentuk konsolidasi kekuasaan. Dari lima menteri yang direshuffle, empat di antaranya adalah orang lama Jokowi.
“Sudah jelas Prabowo sedang memperketat barisannya, dengan alasan utama untuk menentukan siapa yang akan menjadi loyalisnya dan siapa yang bisa melaksanakan program-programnya,” kata Nicky Fahrizal, peneliti politik dari CSIS Indonesia.
Analisis ini menegaskan bahwa reshuffle tak hanya soal teknokrasi, melainkan strategi Prabowo menyiapkan kabinet yang benar-benar bekerja sesuai arah kebijakan dirinya, bukan warisan dari pendahulunya.